Duduk di dalam kopaja butut, dengan pegangan besi yang berkarat…
Kupandang trotoar panjang dari balik bingkai jendela kotor angkutan rakyat..
Lampu kota memayungi kebisingan malam Jakarta…
Dan otakku berjalan kemana-mana…

Tiba-tiba rasanya otakku terbagi dua..
Sisi yang satu bergelut dengan urusanku, dan sisi lainnya membuatku bersyukur setelah ‘ditikam’ kenyataan bahwa masalahku tidak ada apa-apanya ketimbang mereka yang mengaisi rasa iba untuk sesuap nasi…

Dengan iringan lagu cinta pengamen jalanan, aku jadi teringat sebuah nama…
Lalu, satu nama lagi mengikutinya..

Kadang aku merasa lelah..
Tapi aku tak ingin jadi bagian orang-orang yang mudah menyerah…

Sampe akhirnya sebuah pertanyaan menghentikan keteguhanku sejenak…
“Benarkah jalan ini yang seharusnya kutapaki??”

Biar saja lah aku melangkah dulu…
Kalau nanti aku jatuh, aku bisa menangis..
Dan aku tak akan meenyesal karna tak berani melangkah…